Thursday, March 29, 2007

Teruntuk Bundaku: SATU

Satu hembusan nafas mengantarku ke dunia

Satu senyuman bahagia menyambutku

Satu pelukan hangat membuatku nyaman

Satu kecupan di pipi terasa asing bagiku

Satu uluran tangan mengajariku berjalan

Satu dekapan memberiku cinta

Satu tindakan membuatku tegar

Satu bisikkan mengantarkan kasih

Satu....

Benarkah hanya satu?

Sepertinya tidak....

Orang-orang bilang dia melakukannya setiap saat

Apa yang bisa kuberikan padanya, Tuhanku?

Aku cuma bisa melakukan satu hal...

Aku bersyukur atas dirinya....

Suatu anugerah terindah yang tak berani kuminta,

Tapi kudapatkan dari kebaikan hati-Mu.

Dia....

Ibuku....

Kartiniku.....

Puisi Kami untukmu Pangripta Loka

Bagi kami ‘tuk mengabdi

Mewujudkan cita dan memberi cipta

Di bawah panji Pangripta Loka…

Keringat kami adalah tulus

Lelah kami adalah harus

Wujud kami riang menyirami

Benih-benih dinamisasi yang terjadi di HMP ini…

Duri menghalang menjadi tak berarti

Berat upaya, tidak mengapa

Patah semangat, ibarat kiasan

Ketidakacuhan, adalah tantangan...

Semoga jerih ini menuaikan ribuan esensi

Menjadi pondasi untuk kemegahan kita

Menyulut api kenangan yang tak terlupakan

Dan membuka mata bangsa akan Pangripta Loka...

Tidak perlu menjabat tangan kami!!!

Karena, tidak seujung rambut pun kami berpamrih

Bahkan darah pun kini tak seberapa

Saat Pangripta Loka telah meminta

Bagi kamu ’tuk mengabdi...

Perubahan Sistem KM ITB, Perlukah?

Keadaan kampus ITB selama bulan Agustus 2006 ini memanas. Hal ini tidak terlepas dengan kegiatan tahunan Kabinet KM ITB yaitu OSKM 2006. Gonjang-ganjing ketidaksiapan panitia mulai santer terdengar sejak bulan Juli. Ujung-ujungnya panitia dan Presiden hanya mempunyai sedikit waktu untuk melobi pihak Rektorat terkait pelaksanaan OSKM 2006 sehingga tidak tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak dan pada akhirnya OSKM dilarang oleh Rektorat.

Kabinet KM pun berkonsultasi dan meminta pendapat massa kampus melalui para ketua himpunan dalam forum setiap malam beberapa hari sebelum dan selama OSKM. Forum ini dinilai berbeda oleh setiap himpunan, massa HMJ yang datang memang tidak pernah lengkap, tapi cukup banyak untuk membahas bermacam kasus yang terjadi dari berbagai sisi. Ada yang berpendapat bahwa seharusnya tidak perlu sampai mengumpulkan para kahim karena ada Kongres sebagai badan legislatif yang mewakili HMJ. Ada juga yang mendukung forum seperti ini karena massa kampus lebih tahu permasalahan yang ada. Dan memang ada beberapa himpunan yang tidak mengirimkan senatornya ke Kongres, sering datang dalam forum. Atau alasan bahwa Kongres tidak mewakili suara massa kampus/tidak mempunyai legitimasi akibat adanya HMJ yang tidak mengirimkan senatornya.

Di lain sisi, KM ITB semakin lemah posisinya di mata Rektorat. Setiap tahun harus melobi dari nol untuk mengajukan konsep OSKM. Secara struktural, KM ITB tidak ada dalam garis koordinasi dengan Rektorat, baik di bawah ataupun di atasnya. Hal ini yang sekarang mulai menjadi bumerang bagi kemahasiswaan. Dengan menyandang status BHMN, Rektorat ingin memperbaiki citra ITB sebagai kampus riset dan menghilangkan citra kaderisasi kemahasiswaan ITB yang keras. Maka semakin tidak berdayalah KM ITB di mata Rektorat. Karena setiap kata ‘kaderisasi‘ pada ‘mahasiswa baru’ pasti sudah dicap buruk oleh Pak Widyo, WRM (Wakil Rektor Bid.Kemahasiswaan).

Masih segar diingatan kita pada tahun 2005 lalu ada pelarangan segala bentuk kaderisasi himpunan pada mahasiswa 2005 dan IMG (Ikatan Mahasiswa Geodesi) disegel oleh Rektorat, belum lagi kasus HIMAFI yang berujung skorsing pada Ketua Kaderisasi-nya, dan masih banyak contoh kasus lain. Jelas sekali terlihat perjuangan setiap himpunan untuk ‘bertahan hidup’ dan Kabinet KM 05-06 seakan tidak melakukan apa-apa menge-nai ini. Padahal sudah seharusnya lembaga kemahasiswaan terpusat mencoba lobi-lobi tingkat atas agar hal seperti ini tidak lagi terjadi. Semoga saja kasus-kasus tersebut tidak akan terjadi pada tahun ini dan menjadi evaluasi penting bagi Kabinet KM 06-07.

Fungsi UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di dalam Kongres KM ITB juga dipertanyakan. Lembaga BKSK (Badan Koordinasi Satuan Kegiatan) yang merupakan wadah aspirasi unit ke Kongres tidak terbentuk setelah 5 tahun setelah Konsepsi Keluarga Mahasiswa ITB dibuat pada 2001. Ketika ditelusuri, banyak unit yang memang tidak berkepentingan di dalam suatu badan legislatif. Asalkan mereka masih dapat berkegiatan juga sudah baik. Hanya beberapa unit saja yang bermuatan politis dan propaganda, yang berniat membentuk BKSK.

Berbagai data dan fakta di lapangan tersebut mencerminkan realita kehidupan kemahasiswaan kita. Penuh dengan berbagai kepentingan dan perbedaan pendapat, tapi demokrasi yang sehat memang harus berwarna dan banyak kepala. Kita tidak tahu gambaran kemahasiswaan ITB tahun depan akan seperti apa. Ibaratnya mau menghidup-kan lampu di ruangan gelap, tapi tidak tahu dimana saklarnya berada, selalu mencari-cari.

Kongres KM ITB sebagai lembaga legislatif di kemahasiswaan, mencoba menawarkan alternatif penyelesaian masalah tersebut yaitu dengan melakukan Lokakarya Kemahasiswaan (LK). Tahun ini adalah kali keduanya Kongres menawarkan hal yang sama karena hasil tahun lalu belum maksimal dan baru dalam tahap perumusan nilai-nilai kemahasiswaan. Direncanakan nantinya LK akan bertujuan untuk mengusahakan perbaikan sisem kemahasiswaan yang disepakati bersama, terutama dalam dua hal, yaitu:

1. Pola hubungan elemen internal KM ITB

2. Pola hubungan kemitraan KM ITB dengan Sistem ITB atau eksternal KM ITB.

Ibaratnya seperti lagu lama, banyak pihak baik himpunan-himpunan maupun unit yang pesimis terhadap hasil LK tahun ini. Mereka mengkhawatirkan setiap orang hanya berkepentingan sendiri-sendiri dan tidak berjalan dengan efifien. Lagipula, perlu banyak hal yang harus dibahas, seperti menata ulang sistem kemahasiswaan kita. Kalau diperhatikan, elemen kampus (HMJ, Unit, Kabinet, Kongres) belum benar-benar telah menjalankan 100% aturan yang ada dalam AD-ART KM ITB 2006. Diperlukan banyak kearifan dan keberanian merubah diri sendiri untuk menciptakan suatu sistem KM ITB yang menyatu dan berjalan baik. Semua demi kemahasiswaan yang lebih baik.

(Ale, Senator HMP)

Nawadharma Pralabdha

Kesan pertama make jaket abu-abu itu: berat, lelah, senang, haru, sedih.

Berat karena gw seakan ngeliat Kak Akmal naruh batu yang gede banget bernama tanggung jawab d pundak gw.

Lelah karena gw udah capek abis lari 17 km dari Otista ampe sekolah.

Senang karena semua proses LDKS udah selesai dan gw dapet jaket...hehehe..

Haru karena ngeliat temen2 yang lain dipeluk bokap atau nyokapnya dan mereka terlihat sangat bangga karenanya.

Sedih karena papa dan mama ga bisa hadir, hanya Oncu yang makein jaket tanggung jawab gw yang pertama dalam hidup.

Padahal gw jadi OSIS cuma pengen buat papa dan mama bangga, kalo gw bisa lewatin semua tantangan dan beratnya LDKS, kalo gw juga bisa kayak Kak Tia yang kalian banggakan itu...kalo gw Cuma pengen mensejajarkan foto jaket itu dengan seragam TN yang berwibawa itu di samping TV...

Pas ngejalanin, terasa berat banget karena harus jadi contoh buat siswa lain, karena harus bikin acara yang gw belom punya pengalaman tentang itu.

Gw bergetar dan terharu serta bangga waktu niup pluit untuk mulainya masa jabatan OSIS...

Gw kesel banget sama dias dan daus yang kayaknya pergaulannya terpisah dari anak2 OSIS yang laen..

Gw benci sama daus yang ninggalin kerjaannya sama gw

Gw benci sama dias yang ga bisa menjaga semangat timnya buat tetep kompak.

Gw ga suka saat dias numpahin banyak kerjaan ke gw

Tapi gw seneng waktu ngedanus sama aidil ke perusahaan dan ketemu alumni SD Labs yang jadi pengantar surat.

Gw seneng waktu ke WWF sama dinda, pas 14 Feb 2002 kata mbak2 kantinnya “koq, valentine-an di sini?” kita langsung ketawa aja...

Gw seneng waktu bisa ngerebut tongkat anak2 AP pas LDKS mereka...

Gw seneng setiap gw ke sekos dan ketemu anak2 OSIS yang laen..

Gw seneng ngabisin waktu bareng mereka..

Gw seneng pas penjelajahan Forum Capsis, gw disuruh push-up di sungai yang dalemnya sedengkul dan dikerjain di bawah air terjun sama si Dipta, brigade HB.

Gw seneng pas di dalem tronton perjalanan pulang dari Forum Capsis AP dimana si freako dan ucup ngelawak abis2an..

Gw seneng bisa ngadain acara segede Pekan Pendidikan...

Gw seneng tahu caranya mesen bus HIBA di Klender...

Gw seneng tahu caranya ngeluarin pendapat dan menjadi kritis...

Gw seneng ngerasain gimana disidang pas paper capsis ma senior dan 2 orang guru, jadi pas sidang karya tulis kelas 3 gw ga gagap ngadepin pak made ma pak lukito yang rese’ abis kalo nanya...

Gw seneng tahu caranya masukin proposal ke perusahaan..

Gw seneng bisa marahin anak orang..hahaha...

Gw seneng dapet banyak name tag panitia dan kaos walaupun kerjaan gw ga banyak...hehehe

Gw seneng bisa lebih menghargai nilai nasionalisme pas berdiri di barisan depan semua siswa pas upacara bendera.

Gw seneng bisa belajar PBB (baris-berbaris) dan jadi bekal waktu ngeliat LDKS anak kebayoran di markas Kopassus..

Gw seneng bisa punya banyak temen dari seangkatan ataupun beda angkatan..

Gw seneng pernah push-up di jalanan ibukota dan jadi napi waktu jalan jongkok di Pulomas...

Gw seneng tahu caranya ngerayap

Gw seneng bisa belajar menghargai orang lain...

Gw sedih waktu lepas jaket...

Apalagi si naya satu-satu ngelepasin dengan ucapan yang menyedihkan...

Gw sedih ngeliat kevin lepas jaket duluan buat ke amrik, nyatanya malah ga jadi...

Gw sedih karena papa dan mama ga bisa datang juga pas gw lepas jaket...FUCK@!!!

Tapi berkat doa pak arif yang selalu jadi inspirasi gw...gw akan tetap berterima kasih sama bonyok atas segala yang mereka berikan buat gw...

Gw lega waktu ngelepasin jabatan sebagai OSIS karena tanggung jawab gw berkurang satu...

Gw sedih harus berpisah sama semua temen2....

Gw nyesel pernah ngebentak dias dan daus karena kesalahan yang ga pernah mereka buat...

Gw bangga pernah menjadi jajaran siswa-siswa ‘terpilih’ dan diberi kelebihan...

Ya Allah...terima kasih engkau telah menganugerahkan teman-teman terbaik yang tak berani kuminta tapi kudapatkan dengan kebaikan hati-Mu....alhamdulillah...

Sekarang sudah saatnya kita tutup sayap-sayap NP kita karena sudah lelah mengarungi hidup...

Tapi sepasang sayap ini akan selalu ada di hati gw sebagai pengingat bahwa gw pernah berhasil terbang dan membuat perubahan walaupun kecil....

Sekarang sayap-sayap itu telah berkeliling ke berbagai belahan dunia...

Naya : Teknik Industri UI

Ariel : Teknik Planologi ITB

Orissa : PMDK Psikologi UI

Dinda : D3 Broadcast FIKOM Unpad

Alifia : D3 Sastra Jepang UI

Sisi : FKG Trisakti

Melly : FK Trisakti

Renny : Public Relation London School

Dias : Media Informatika, Berlin, Jerman

Daus : Ekonomi Syariah Tazkia, Bogor

Muna : Korea

Fariz : Teknik Sipil UGM

Sahid : Hukum UI

Danis : Double Degree Psikologi UI (Brisbane)

Evy : Pelita Harapan?

Nares : Psikologi Unpad

Aam : FKG UI

Ale : Teknik Planologi ITB

Kevin : Winchester Univ. London

Indah : Akuntansi YAI

Aidil : Manajemen UI

Marky : Bussiness, Sydney, Australia

Baby : Seni Grafis FSRD ITB

Putri : Seattle, US

Niken : Hukum Unpar

Asto : Hukum Atmajaya

Ivan : Peternakan Undip

Adam : Swiss?

Hada : Hukum UKI

Babank: Teknik Mesin Trisakti

Oksy : Arkeologi UI

Ryan : Film Studies, Canada

Fandi : Momona, US

Agung : Maranatha

Widi : Manajemen UI

Dhika : Hukum Unpad

Anggun: Akademi Kepolisian

Daan : D3 Akuntansi UI

Eby` : Sastra Belanda UI

Rina : FK Yarsi

Ari : Akademi Angkatan Udara

Ucup : Perhotelan Univ. Sahid

Fifa : Desain Interior FSRD ITB

Irma : Singapore

Devi : Psikologi UI

Aryo : FK UKI

Wisnu : Biokimia IPB

Ide 2005..

Sebuah keberanian dari mahasiswa Desain Produk ITB

Kenapa dibilang sebuah keberanian? Karena dengan berani, panitia mengklaim bahwa ini adalah pameran desain produk terbesar di Indonesia. Mungkin memang selama ini belum ada yang membuat acara bertema desain produk yang merupakan suatu rangkaian dari banyak subacara. Jika dilihat dari isinya, ide 2005 yang diadakan pada hari Kamis sampai Minggu dari tanggal 1-4 Desember 2005 lalu ini memang banyak kegiatannya.

Pertama, ada seminar mengenai taktik pemasaran melalui desain produk di Indonesia yang dibahas oleh para pakar pemasaran, ahli ekonomi, serta desainer produk. Yang kedua adalah workshop dan lomba rendering (mengarsir) mobil yang bertujuan untuk menggali minat terhadap aplikasi desain produk dalam bentuk nyata. Workshop ini materinya diberikan langsung oleh desainer motor dari Kanzen sebagai salah satu sponsornya. Pemenang pertama lomba rendering ini adalah mahasiswa arsitektur ITB angkatan 2003. Acara ketiga adalah lomba membuat mug keramik dari tanah liat bagi anak-anak umur 7-12 tahun. Tujuan dari lomba ini adalah mengenalkan dan menumbuhkan minat anak terhadap suatu desain. Dalam pelaksanaannya, lomba ini didampingi langsung oleh mahasiswa Seni Rupa ITB. Acara keempat yang paling penting adalah pamerannya itu sendiri. Pameran ini terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang desain produk seperti Tegep Boots (berbagai bentuk dan motif sepatu boots), Toimoi (baca: toamoa, red.) dengan desain inovatif seperti rambu lalu lintas yang dituangkan dalam bidang karpet, bantal, kursi, dan meja. Lalu ada Accupuncto dengan berbagai desain kursi yang pewe banget, berasal dari karet, dan masih banyak lagi...

Tentunya ada juga yang berasal dari mahasiswa desain produk berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti Universitas Trisakti, Universitas Pelita Harapan, ITS Surabaya, STISI Bandung, dan ITB sendiri. Sebagai tuan rumah, jurusan desain produk ITB memamerkan beberapa tugas akhir mahasiswa dengan maketnya, seperti desain truk pengolah sampah perkotaan, mainan anak yang ramah lingkungan, desain bermacam kapak dan pisau belati, dan yang paling mengejutkan adalah desain tank tempur yang sudah digunakan oleh TNI AD dan dibawa langsung di parkiran depan Gedung Sabuga. Dari UPH ada desain tempat pencuci piring yang kecil dan praktis bagi para PKL, dari STISI ada desain aromaterapi untuk menghilangkan nyeri haid, dari ITS ada replika desain mesin penjual koran dengan menggunakan SMS. Caranya dengan berdiri di depan alat tersebut dan kirim SMS ke nomor yang tertera, maka ketika SMS terkirim dan ada laporan pembelian, koran tersebut langsung keluar. Dari Trisakti banyak desain yang sangat menarik. Diantaranya ada wahana hiburan untuk theme park (seperti Dufan) yang berbentuk perjalanan di dalam bola yang melewati terowongan dengan bantuan energi magnet. Lalu ada desain SPBU terapung (aplikasi bentuk kapal) yang sudah dibeli idenya oleh Pertamina. Kapal ini berbentuk seperti halnya SPBU darat (termasuk mushala, toilet, dan mini market, ditambah ruang kemudi) dengan terminal yang berada di pinggir agar mudah dijangkau kapal, semua bahan dilapisi oleh zat yang tahan korosi garam, dan bertujuan untuk melayani kebutuhan kapal yang kekurangan bahan bakar di tengah laut, serta banyak aplikasi desain produk lainnya terhadap sarana pengangkutan perkotaan.

Ternyata setelah diperhatikan dan dipelajari, bidang desain ini sangat erat dengan dunia perencanaan yang kita geluti karena berhubungan dengan model nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai konsumen. Banyak desain-desain yang belum pernah terpikirkan sebelumnya oleh kita tetapi hal tersebut dapat direalisasikan apabila didukung oleh bidang ilmu rekayasa lain seperti mesin, fisika, dan kimia. Karena desain adalah bagian dari kenyamanan pengguna. Karena desain adalah suatu daya tarik bagi sebuah produk. Karena desain ada di sekitar kita...Maju terus dunia desain produk Indonesia!! (@Le dong..!!)

STRUKTUR MAHASISWA

Definisi struktur dalam konteks ini adalah posisi atau letak hubungan antara Rektorat dengan Kabinet KM ITB. Sekarang dengan AD/ART ITB yang baru, hanya diakui organisasi kemahasiswaan terpusat dan setingkat fakultas. Secara struktural, Pak Widyo (Wakil Rektor Bid. Kemahasiswaan) mengajukan bahwa letak KM ITB berada di bawah Rektorat. Tetapi hal itu ditolak oleh KM karena dapat berakibat munculnya keputusan-keputusan sepihak. Sedangkan menurut AD/ART KM ITB yang baru direvisi oleh Kongres, hubungan kita dengan rektorat berada pada garis koordinatif, dan bukan subordinatif.

Sejalan dengan letak KM ITB dengan Rektorat, hal ini akan mempengaruhi kinerja dan sifat dari kemahasiswaan terpusat yang terancam dikukung. Jika posisi kita di bawah, jelas sekali pasti ada intervensi langsung yang dapat mengatur semua perangkat organisasi mahasiswa yang ada di bawah KM ITB yaitu himpunan dan unit. Jika hal ini terjadi, kita tidak mempunyai kebebasan untuk melakukan kegiatan, dan hanya sebatas mendukung visi dan misi ITB yang berbasis pada riset. Posisi ini mendatangkan banyak keuntungan bagi kita seperti dimudahkannya pencairan dana. Kalau seperti itu ya oke-oke aja, tetapi suatu saat akan timbul keengganan untuk menuruti keinginan rektor yang tidak sesuai dengan tujuan dan visi misi KM ITB. Bukan maksud saya untuk meremehkan visi ITB tersebut, tetapi sering kali konteks “riset” adalah proyek-proyek berorientasi profit yang menggilas rakyat, mementingkan kepentingan golongan, dsb.

Dampak yang kita rasakan langsung adalah telah dikebirinya sistem kaderisasi mahasiswa baru yang selama ini berjalan dengan sudut pandang yang menyamaratakan semua himpunan. Walaupun ada beberapa himpunan yang punya prestasi bagus dan mengharumkan nama ITB, yang telah mengajukan bentuk pengkaderan yang bagus serta berlandaskan keprofesian, tetap saja sikap Rektorat tidak bergeming. Penolakan terhadap semua sistem kaderisasi himpunan tidak berdasar dan tidak logis. Kondisi ini akan semakin memperlebar jarak antara Rektorat dengan mahasiswa.

Jika posisi kita dengan Rektor berdasarkan garis koordinasi, hal ini akan membuat gerakan kemahasiswaan lebih independen dan lebih kritis. Tentunya kebebasan di sini masih dalam batas norma dan tanggung jawab pada masyarakat.

Perbedaan yang membuat keduanya seakan sulit sekali untuk sepakat adalah lingkup wewenangnya. Rektorat berwenang mengeluarkan peraturan pada tingkat tertentu, sedangkan KM ITB hanya berwenang mengatur mahasiswa. Tetapi walau bagaimanapun keduanya harus mengikuti peraturan ITB. Harusnya kita bersama dapat berbesar hati untuk duduk bersama merumuskan bentuk terbaik yang berdampak biak bagi semua puhak. Tapi, nyatanya orang-orang di depan Jl. Pelesiran itu tetap bersikukuh. (@le dong..!!)