Thursday, March 29, 2007

Gerakan Mahasiswa

Proses pembentukan karakter seseorang berlangsung secara terus-menerus semenjak dia lahir. Dengan mendapatkan pendidikan secara formal maupun mengalami pembelajaran dengan berbagai pengalaman akan sangat mempengaruhi pola pikirnya. Semakin dewasa, manusia akan selalu mendapat cobaan yang lebih berat lagi. Dari berbagai permasalahan tersebut, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik hanya bisa dirasakan tak lebih dari 2% jumlah penduduk di negara ini.

Mahasiswa ITB sebagai salah satu elemen masyarakat dengan predikat intelektual yang disandangnya, mempunyai tanggung jawab moral untuk membela kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan sekelompok individualis. Sering kita mendengar pendapat yang bermacam-macam dari masyarakat “Udah, mahasiswa kerjanya jangan demo mulu, belajar aja yang bener. Abis itu baru benerin masalah yang ada..” atau “Koq sekarang anak-anak ITB ga pernah bersuara lagi?” dan masih banyak pendapat lain yang melihat pergerakan mahasiswa dari sisi yang berbeda-beda.

Sebenarnya, definisi gerakan mahasiswa itu apa sih? Apakah selalu dengan cara turun ke jalan, bikin macet, dan berkoar-koar sampai suara habis? Emang ada ngaruhnya gitu? Tetep aja harga BBM naik, tetep aja TDL naik, tetep aja pemerintah masukin beras impor. Atau sekarang mending kita diem-dieman aja di dalam kampus? Yah...rapat-rapat biasa aja...lobby sana, lobby sini, bikin seminar, dll.

Menurut salah seorang teman aktivis ITB angkatan 97, semua itu hanya merupakan masalah metoda. Artinya, dilihat sejauh mana kebutuhan untuk turun ke jalan tersebut. Dengan predikat ‘intelektual’ yang melekat pada mahasiswa, apalagi yang dari ITB, seharusnya kita bisa lebih pintar dalam menanggapi suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Mungkin kita sering lupa bahwa dengan mudahnya kita bisa berinteraksi dengan para pengambil keputusan di negara ini. Ada ga yang pernah kepikiran buat nelpon langsung ke kantor Menteri Pertanian, trus bikin janji ketemuan sama pak menteri mengenai masalah impor beras. Atau ngobrol bareng sama anggota DPR yang selalu kita cibir kerjanya itu? Ternyata mereka juga butuh masukan dan saran dari kita koq. Karena mereka masih menganggap mahasiswa sebagai satu elemen masyarakat yang dapat berperan netral dalam setiap masalah. Karena mereka butuh banget orang yang menilai dan merespon kebijakan yang mereka buat apakah dapat diterima semua kalangan atau tidak.

Dari berbagai kemampuan dan kapabilitas kita sebagai mahasiswa yang dapat berbuat banyak itu, sekarang kita tanya kepada diri sendiri, apakah kita mau terlibat? Apakah kita mau ngurusin masalah bangsa yang sepertinya sudah bobrok di semua bidang? Dapat diperkirakan jawaban yang muncul sebagian besar adalah enggan dan tidak mau terlibat dalam dunia kemahasiswaan. Istilah ‘kemahasiswaan’ ini selalu dipandang sempit oleh mahasiswa yang berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap politis dan ‘bahasa-bahasa langit’ (red-bahasa yang berat). Tetapi sebenarnya sangat melekat dengan keseharian kita di kampus. Kita kuliah juga termasuk bidang kemahasiswaan, praktikum, rapat, bikin lomba foto, try out,dll juga ada dalam definisi tersebut.

Jadi memang seharusnya kita terlibat dalam dunia kemahasiswaan. Sekarang mari kita bercermin pada kegiatan yang ada di kampus sekarang. Mayoritas acara yang dimotori oleh himpunan dan unit mempunyai sifat internal kampus, misal, tanding bola bareng, fun day, diklat ini, diklat itu, seminar, temu alumni, dll. Bukan maksud penulis untuk menyindir, tapi persentase jenis kegiatan yang ditujukan bagi kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dengan masyarakat dan terjun langsung di lapangan perbandingannya jauh. Ok, sekarang baru terasa aura dari organisasi-organisasi tersebut yang mulai melakukan sesuatu di masyarakat. Penulis salut dengan inisiasi perubahan sistem kaderisasi yang dilakukan beberapa himpunan yang bertujuan pada pengabdian masyarakat, atau program Kabinet KM dengan gerakan MADES-nya (mahasiswa dan desa).

Niat-niat baik itu yang belum menyebar ke semua elemen kampus merupakan salah satu tugas yang harus kita lakukan bersama. Karena keinginan untuk dapat berguna bagi masyarakat pasti ada dalam setiap hati kecil mahasiswa, hanya kendala informasi dan kesempatan. Satu hal yang hampir kita lupakan untuk memulainya adalah sikap kritis. Dimana kita harus bereaksi ketika ada peristiwa yang merugikan masyarakat, ketika rakyat sudah tidak berharga lagi di dalam pikiran para penguasa negeri ini, ketika ada pemerkosaan terhadap kebebasan berpendapat, ketika makna hidup seakan hancur di depan mata,...kita harus memperjuangkannya!! kita harus bereaksi!! (@Le dong..!!)

No comments: